Kesempatan Berbakti
Amsal 15:20
Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya/”
Renungan:
Kezia duduk di kelas 4 SD, setiap pergi sekolah tentu diantar oleh ibu yang sangat mengasihinya. Tetapi Kezia sering lari meninggalkan ibunya jika sudah sampai di dekat sekolah, oleh karena teman-teman Kezia sering mengejeknya dengan teriakan: ”Pincang, belang!” Dan biasanya teriakan seperti itu diulang-ulang dengan nada tertentu.
Itulah cemoohan anak-anak nakal yang ditujukan kepada ibunya Kezia yang kaki pincang dan wajahnya belang. Hal itu membuat Kezia merasa sangat malu berjalan bersama ibunya, bahkan jauh di dasar hatinya, ia merasa malu punya ibu yang berpenampilan seperti itu.
Sebenarnya, anak-anak nakal itu sudah sering dimarahi oleh Bapak dan Ibu Guru, tetapi mereka seolah tidak peduli dan tetap senang menghina ibu Kezia yang cacat itu.
Dalam suatu upacara hari senin, Bu Guru diberi kesempatan oleh kepala Sekolah untuk menyampaikan sebuah cerita nyata yang terjadi 9 tahun yang lampau. Bu Guru berkisah tetang sebuah kebakaran, yang terjadi di pemukiman yang padat penduduk.
Waktu itu, ada seorang bayi yang kamarnya sudah dikepung kobaran api. Ketika sang ibu berniat menolong bayinya, segera dicegah dengan sangat oleh orang banyak sebab kobaran api sudah sedemikian hebatnya. Namun, kasih ibu lebih hebat dari kobaran api! Maka tanpa menghiraukan keselamatan jiwanya, dengan membawa sebuah handuk basah ia pun menerobos masuk dalam rumah yang keadaaanya sudah sangat gawat itu!
Akibatnya wajah ibu itu cedera karena terbakar dan kakinya juga kejatuhan balok pintu yang membara, tetapi bayinya yang dibungkus dengan handuk itu terlindung aman dalam pelukan ibu. Nama bayi itu adalah Kezia, dan ibunya bernama Magdalena, atau biasa dipanggil “Bu Lena”.
Penduduk kampong menaruh hormat dan mengagumi Bu Lena sebagai ibu Teladan. Hanya ada di sekolah ini saja ada anak-anak yang suka mengejek Bu Lena yang luar biasa itu!”
Mendengar kisah Bu Guru itu, banyak anak yang meneteskan air mata haru dan tersipu malu, karena merasa bersalah. Sejak itu, tak pernah lagi ada anak sekolah yang mengejek mereka berdua, dan Kezia juga tidak malu lagi berjalan bersama ibunya.
Untunglah Kezia mendengar kisah itu sehingga ia masih punya kesempatan untuk berbakti. Kalau saja ia tidak pernah mendengar kisah itu, jangan-jangan ia akan menjadi anak yang tidak berbakti bahkan malu mengakui ibunya sendiri.
SEEKers, orang tuamu mungkin tidak mengalami seperti Bu Lena. Tetapi, semenjak kamu dalam kandungan, orang tuamu sudah banyak sekali berkorban.
Setiap hari Minggu, di ibadah anak, aku melihat bagaimana ribetnya ibu-ibu yang anaknya masih usia balita. Walaupun ada yang pakai pengasuh anak, tetap saja para ibu itu heboh.
Lalu mendengar bagaimana mereka susah payah memberi anaknya makan, karena ternyata banyak sekali balita yang tidak suka makan, belum lagi kalau anaknya gampang muntah, bagaimana mereka pontang-panting ketika anaknya sakit, dan lain sebagainya.
Aku jadi membayangkan bagaimana repotnya papa mamaku membesarkan aku. Aku bersyukur kepada Tuhan yang telah memberiku orang tua. Semoga aku menjadi anak yang tidak berani melawan, juga tidak gampang marah atau berkata kasar pada orang tuaku.
Mereka telah menggunakan setiap kesempatan untuk mencintai aku, maka aku juga mau mengambil kesempatan yang ada untuk berbakti.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih untuk orang tuaku. Aku mau merebut setiap kesempatan untuk berbakti kepada mereka
SERI 1-S2-B03-M1-H5-Kuberikan Waktuku(1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar