Selasa, 07 September 2010

PP Arus Hayat Remaja Minggu 3 - Selasa

Kejelekan Orang Lain
Matius 7:3
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
Renungan:
“Ihhhh!!!! Cari muka!”
“Dasar tukang gossip!”
“Dasar Pelit! Sok Pinter!
“Psstt!!!.... Dia kan dulu orangnya ga bener….”
Perkataan yang sering kita dengar, bukan? Aku bahkan sering ngomong seperti itu.
Itu berarti kita melihat kejelekan orang lain tetapi tidak melihat kejelekan diri sendiri. Tuhan Yesus berkata, “Jangan kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi.” Lalu Tuhan menunjukkan alasannya mengapa menghakimi orang lain itu sungguh tidak pada tempatnya. Dia berkata, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
TIdak perlu diragukan bahwa kita punya balok di mata kita. Mengapa? Bisa melihat selumbar yang sangat kecil di mata orang lain, berarti diri sendiri pernah melakukan kesalahan yang sama. Kalau kamu tidak punya pengalaman yang sama, bagaimana kamu bisa mengenalinya dengan gampang? Ada pepatah mengatakan: “Untuk menangkap maling, gunakan ex-maling.”
Itulah yang dimaksud Tuhan. Kita tidak pantas menghakimi kejelekan orang lain karena kita pun punya kejelekan yang sama bahkan ada kejelekan lain juga.
Di Alkitab, ada kisah seorang yang lumpuh bernama Mefiboset. Meskipun Mefiboset lumpuh, raja Daud tetap membelaskasihaninya. Kitab 2 Samuel 8:11 mencatat bahwa Daud menyuruh Mefiboset yang lumpuh itu makan semeja dengannya seperti anaknya sendiri.
Ketika sedang makan, seakan-akan Mefiboset adalah orang biasa yang tidak lumpuh, karena kaki lumpuhnya tertutup di bawah meja.
SEEKers, sebenarnya Mefiboset itu seperti kita, sedangkan raja Daud itu seperti Tuhan Yesus. Kita ini seperti orang yang lumpuh karena banyak dosa, banyak kejelekan, dan tidak enak dipandang. Tetapi bagaimanapun juga, kita diterima oleh Tuhan Yesus. Bukan itu saja, di hadapan Tuhan, kejelekan kita sudah tidak kelihatan lagi. Begitu menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, Tuhan Yesus sudah tidak melihat ‘kaki lumpuh’ kita.
Kalau kejelekan kita sudah tidak lagi oleh Tuhan, mengapa kita masih melihat kejelekan orang lain?
Dulu ada seorang tua yang bijaksana. Ia suka duduk dekat pom bensin dan menyalami pengemudi-pengemudi motor yang melewati kota kecil itu.
Suatu hari, cucu perempuannya duduk menemaninya. Pada saat itu, ada orang bertanya, “Seperti apakah kota ini?”
Sang kakek menoleh dan menjawab, “Kamu datang dari kota yang seperti apa?” Pendatang itu menjawab, “Aku datang dari kota yang suka gosip. Untungnya aku sudah keluar dari tempat yang tidak ramah itu.”
Sang Kakek menatap pendatang itu dan berkata, “Kota ini juga sama seperti itu.”
Satu jam kemudian, ada orang lain bertanya, “Seperti apakah kota ini?” Sang Kakek balik bertanya, “Bagaimana dengan kotamu?” Orang itu menjawab, “Semua orang sangat akrab dan suka menolong.”
Sambil tersenyum, kakek berkata, “Sama.”
“Mengapa kakek member jawaban berbeda?” Tanya si cucu. Sang kakek menjawab, “Dimana pun kamu tinggal, sikapmu sendirilah yang menentukan bagaimana sikap orang-orang terhadapmu.”
Bagaimana cara kamu melihat orang lain sebenarnya mencerminkan dirimu sendiri. Kalau kamu selalu melihat yang negatif, itu berarti dirimu negatif. Karena melihat adanya selumbar di mata saudaramu membuktikan adanya balok di matamu sendiri.
SEEKers, yuk kita bertobat. Setiap kali melihat kejelekan orang lain, kita perlu ingat bahwa Tuhan sudah tidak melihat kejelekan kita.
DOA:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau sudah tidak melihat kejelekanku. Ya Tuhan Yesus, belaskasihi aku supaya aku juga tidak melihat kejelekan orang lain.

SERI 1-S2-B03-M3-H3-Kuberikan Mataku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar